Pelabuhan Air Bangis, Penunjang Perekonomian Kolonial
Pelabuhan Air Bangis terletak pada posisi yang strategis, menghadap ke Samudera Hindia dan mudah dicapai dari arah utara dan selatan, serta memiliki pelabuhan alam yang dapat dilayani kapal sampai ke dermaga
Situs bekas pelabuhan Air Bangis secara administratif terletak di wilayah Kabupaten Pasa‐ man Barat. Air Bangis adalah sebuah kota kecil di pesisir barat Kabupaten Pasaman Barat. Pasaman Barat merupakan kabupaten pecahan yang sebelumnya merupakan wilayah Kabupaten Pasaman.
Didepan pelabuhan Air Bangis terdapat pulau‐pulau yang masih belum dimanfaatkan. Bentuk pelabuhan yang sekarang, memanjang dari barat laut ke tenggara, mengikuti garis pantai. Pelabuhan ini terletak pada posisi yang strategis, menghadap ke Samudera Hindia dan mudah dicapai dari arah utara dan selatan, serta memiliki pelabuhan alam yang dapat dilayani kapal sampai ke dermaga.
Gelombang laut Air Bangis relatif tenang karena dilindungi oleh beberapa pulau besar dan kecil. Bukit yang berada di sekeliling Air Bangis tetap hijau tanpa pemukiman. Lokasi tersebut adalah daerah yang kaya akan hasil hutan, perkebunan, dan hasil laut.
Pelabuhan Air Bangis disebut juga dengan ‘Aie Bangieh’, yang memiliki pemandangan alam yang indah di sepanjang pantainya dan secara geografis letaknya aman di bibir Teluk Air Bangis.
Kawasan Air Bangis hanyalah suatu dataran rendah yang terdiri dari rawa‐rawa dan dataran pulau‐pulau yang bertaburan di kawasan Teluk Air Bangis, di antaranya Pulau Panjang, Pulau Harimau, dan pulau‐pulau kecil lainnya. Pulau‐pulau tersebut melindungi Air Bangis dari hantaman ombak Samudera Hindia.
Daerah Air Bangis dibangun di atas rawa dan tumbuhan bakau. Bentuk kota memanjang dari utara ke selatan dibelah oleh jalan‐jalan, baik secara melintang maupun membujur. Jalan‐jalan yang melintang dari utara ke selatan dibangun sejajar dengan garis pantai dan memotong jalan‐ jalan yang membujur dari pantai ke timur. Hasil pemotongan tersebut membentuk tanah‐tanah petak untuk tempat pemukiman penduduk.
Baca Juga : Air Bangis dan Keistimewaannya
Pembangunan Pelabuhan Air Bangis
Pada zaman pemerintah Hindia Belanda, pelabuhan Air Bangis telah ditata dan direncanakan dengan baik. Tahap pertama dimulai dengan pemindahan pusat perdagangan dan pelayaran dari Pulau Panjang ke daratan yang lebih luas di Air Bangis. Pelabuhan Air Bangis dibangun Belanda pada tahun 1842.
Pelabuhan ini kemudian diperbaiki lagi oleh pemerintahan yang sama dengan membangun membangun dermaga kayu dan beberap semi permanen. Gudang permanen dan semi permanen berfungsi sebagai tempat pengumpulan produksi komoditi di wilayah Distrik Pasaman, karena Air Bangis adalah ibukota Karisidenan Tapanuli ketika itu.
Bangunan fisik yang pertama dibangun dalam perencanaan kota Air Bangis adalah Kantor Residen, fasilitas pelabuhan, sarana pemerintah, perumahan, pertokoan, dan sebaginya. Berhubung karena pusat Karisidenan Tapanuli pindah dari Air Bangis ke Sibolga seluruh kegiatan Residen Tapanuli berada di Sibolga. Namun Pulau Panjang masih memegang peranan yang cukup penting.
Sebelum adanya pelabuhan yang permanen seperti sekarang ini, di banyak tempat di pantai barat Sumatera Barat memanfaatkan posisi geografis yang baik, seperti teluk dan tanjung untuk bongkar muat barang yang disebut sebagai reede. Reede diperlukan apabila pada suatu kota pantai tidak memungkinkan dibangun pelabuhan dengan berbagai perlengkapannya.
Baca Juga : Air Bangis dan Laut yang Kaya
Jejak Peninggalan Kolonial
Sebelum pelabuhan Air Bangis yang ada sekarang ini, untuk fungsi bongkar muat barang dermaganya berada di seberang pulau yang menempati Palau Panjang. Reede ini terletak sekitar 4 mil laut ke arah barat dari bibir pantai Air Bangis. Pada saat ini dermaga Pulau Panjang tersebut hanya sebagai kampung nelayan dan tidak menampakkan sisa‐sisanya lagi karena kemung‐ kinan besar hanya terbuat dari kayu‐kayu tanpa ada fasilitas lain.
Bangunan yang tersisa di pelabuhan Air Bangis sampai saat ini di antaranya merupakan bekas benteng yang mengitari wilayah pelabuhan. Bekas‐ bekas tersebut berupa tembok benteng dari susunan bata bercampur dengan batu stinggi kurang lebih 2,4 m, lebar 1,15 m, dan panjang 48 m, membatasi daerah daratan dengan pantai. Tembok tersebut hanya menyisakan bagian‐bagian tertentu yang umumnya sebagian besar sudah hilang.
Sebagian besar di areal benteng tersebut sudah dipadati oleh pemukiman penduduk yang cukup padat sehingga semakin menambah tereliminasi bagian‐bagian tembok benteng.
Apabila disambung dengan garis lurus maka benteng tersebut akan membentuk pola segi delapan. Dengan adanya bangunan benteng di wilayah tersebut menunjukan bahwa Pelabuhan Air Bangis merupakan wilayah yang memiliki kedudukan sangat penting dalam menunjang perekonomian kolonial.
Sumber :
Laporan Survei Peninggalan Maritim di Pantai Sumatera Barat. BP3 Batusangkar, 2008. Oleh : Yusfa Hendra Bahar, S.S dan Fauzan Amril, S.Hum dalam Jurnal Amoghapasa Edisi 13/Tahun XV/Juni 2009