Masjid Nurul Yaqin Air Bangis ; Tertua di Pasaman Barat

Afandiaba By Afandiaba
2 Min Read

Sebagai salah satu Masjid yang tertua di Indonesia, Masjid Nurul Yaqin turut berperan sebagai tonggak sejarah dalam penyebaran Islam di Nagari Air Bangis dan menjadi cikal bakal bagi perkembangan masjid-masjid lainnya di Air Bangis dan sekitarnya. Masjid Nurul Yaqin yang tercatat sebagai masjid tertua di Kabupaten Pasaman Barat ini biasa di sebut masyarakat Air Bangis dengan sebutan “Masjid Lamo”.

Sebagai daerah bandar dagang yang ramai, Air Bangis adalah pintu gerbang masuknya penyebaran agama Islam di Pasaman. Menurut sejarah, penyebaran agama Islam di Nagari Air Bangis dilakukan oleh para saudagar Muslim dan kian berkembang pesat setelah beberapa penduduk setempat kembali dari menuntut ilmu di Mekkah. Tersebut dikalangan masyarakat Air Bangis pada masa itu beberapa orang yang sangat berpengaruh sepulang dari Mekkah pada waktu itu adalah Syaikh Nan Sambilan atau Ulama Nan Sambilan.

Salah satu dari Ulama Nan Sambilan tersebut adalah Syaikh Abdul Azis yang turut memprakarsai berdirinya Masjid Nurul Yaqin bersama masyarakat setempat sekitar tahun 1860. Masjid Nurul Yaqin pada awalnya berupa bangunan berukuran 11 x 25 meter dengan dinding terbuat dari papan dan atap terbuat dari ijuk. Pada saat itu, di dalamnya telah terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu.

Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, masyarakat Air Bangis memutuskan untuk membangun masjid yang baru tidak begitu jauh dari Masjid Nurul Yaqin, yang dikenal sebagai Masjid Raya Air Bangis. Pembangunan Masjid Raya ini selesai sekitar tahun 1930 membuat aktivitas di Masjid Nurul Yaqin sempat berhenti dikarenakan mimbar yang berada di Masjid Nurul Yaqin dipindahkan ke Masjid Raya Air Bangis. Pemindahan mimbar ini dilakukan dengan suatu upacara dan diarak keliling kampung. Tak lama setelah itu atas insiatif dan kesepatan beberapa orang ulama dan tokoh masyarakat setempat Masjid Nurul Yaqin kembali diaktifkan.

Pada tahun 1969, bangunan masjid  direnovasi yang semula terbuat dari kayu, dipugar dan diganti dengan bangunan permanen, sedangkan atapnya diganti dengan seng dan dilengkapi kubah. Hingga saat ini, renovasi terus dilakukan mengingat kondisi jamaah yang terus bertambah dan daya tampung masjid relatif yang terbatas.

Share this:

Share This Article
2 Comments